KONFLIK SOSIAL

MAKALAH MULTIKULTURAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH MULTIKULTURAL

Eduardus Fromotius Lebe         

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

DESEMBER 2O11

KATA PENGANTAR

          Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas bimbingan-Nya, penulis mampu menyelesaikan tulisan ini tepat waktu sesuai dengan harapan awal. Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung sudah menyumbangkan ide dalam menyelesaikan tulisan ini. Hanya ucapan trimakasih semata yang disampaikan oleh penulis  sebagai bentuk apresiasi akan ide dan masukan yang bermanfaat dalam menyempurnakan tulisan ini.

          Tak ada gading yang tak retak, begitulah penulis menyadari akan kekurangan dalam tulisan ini.  Karena itu, penulis dengan hati yang lapang menerima segalah bentuk kritikan maupun koreksi yang dapat membangun dalam proses pembuatan tulisan kedepan. Masukan dari pembaca adalah sumber infomasi bagi kami .

          Harapan penulis, dengan tulisan ini dapat membuka cakrawala berpikir kita akan topik yang diangkat dalam tulisan ini. Semoga dengan tulisan ini kita menyadari akan eksistensi kita sebagai kaum berintelek yang berada dalam satu komunitas  multicultural yang rawan akan konflik. Semoga kita menjadi aktor dalam mengatasi konflik yang terjadi di Negara tercinta kita ini.

Keberhasilan penulis adalah keberhasilan kita semua. Itu saja yang dapat penulis sampaikan lewat tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Malang, Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman judul

        KATA PENGANTAR…………………………………………………………...i

        DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

  BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….…..……1

        1.1 Latar belakang…………………………………………………….….….….…1

        1.2 Tujuan……………………………………………………….…….….….…….1

1.2.1. Tujuan umum…………………………………….….………….…..1

1.2.2. Tujuan khusus…………………………………….......…….………1

        1.3 Rumusan Masalah……………………………………………..….…..………..1

1.4. Sistematika Penulisan…………………………………………...…..…………1

  BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………….…………..……2

         2.1 Pengertian konflik……………………………………………..………………2

         2.2. Ciri konflik………………………………………………….……....…….…..3

2.3. Sumber konflik…………………………………………….….……...…...…..4

         2.4. Jenis-jenis konflik…………………………………………………….….…...5

2.5. Tahap-perkembangan kerah terjadinya konflik……………..……...…….…..5

         2.6.  Pola-pola konflik……………………………………………….......…….…..6

         2.7. Memahami situasi konflik…………………………………..……...…………7

         2.8. Teori-teori mengenai berbagai konflik……………….…………….......……..7

         2.9. Mengelola konflik …………………………………………….………..…….7

2.10. Strategi mengatasi konflik……………………………………..……..…..…8

2.11. Aneka manajemen konflik………………………………………..…...….…8

2.12. Sikap yang perlu di kembangkan dalam menghadapi konflik dalam masyarakat multikultural………………………………………………….….……..….8

 BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………..…..10

3.1              kesimpulan……………………………………………………..……….10

3.2              saran……………………………………………………………..…..….10

BAB I

PENDAHILUAN

1.1.Latar belakang

            Dalam kehidupan manusia tidak terlepas akan adanya konflik, baik konflik secara batinia maupun secara lahiria. Masyarakat mullturalkultural sering dianggap sebagai masyarakat yang penuh gejolak karena disana tertampung berbagai macam orang dan kelompok dari berbagai latar belakang budaya, etnis, kelas, agama, keyakinan dengan berbagai macam kepentingan.

            Karena itu masyarakat multikultural sering dianggap sebagai rawan konflik. Hal ini sangat relevan dengan situasi masyrakat kita sekarang yang hidup dari berbagai latar belakang yang berbeda. Perbedaan ini sering kali menjadi acuan terjadinya konflik bagi kelompok orang yang tidak paham akan adanya perbedaan di antara mereka. Pada makalah ini kita akan membicaraan secara khusus tentang seluk beluk konflik dan sebagai macam pendekatan untuk mengelolah dan menghadapi konflik.

1.2. Tujuan penulisan

1.2.1. Tujuan umun:

1. Agar kita memahami berbagai konflik yang terjadi dalam kehidupan sebagai   masyrakat multikultural.

2. Agar kita mampu ngendalikan berbagai konflik yang terjadi sehingga tidak membawa dampak negatif yang berkepanjangan.

3. Agar kita menyadari akan konflik yang ada, sehingga berpartisipasi untuk mengatsinya.

1.2.2. Tujuan khusus

            Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kulia multikultural dan sebagai bentuk tanggung jawab dalam mengikuti proses perkuliahan.

1.3.R umusan masalah

            1. Apa yang dimaksudkan dengan konflik?

2 Bagaimana cara kita menyelesaikan suatu konflik atau permasalahan dengan baik?

3.Bagaimana sikap kita yang diperlukan dalam menghadapi  konflik masyarakat multikultural?

1.4. Sistematika penulisan

Dalam penulisan ini, penulis membagi tiga bagian pokok pembahasan dengan tujuan untuk lebih memahami tulisan ini, yaitu:

            BAB I: PENDAHULUAN, yaitu membahas tentang latang belakang penulisan, tujuan dari penulisan, rumusan masalah dan sistematika penulisan.

            BAB II: PEMBAHASA, yaitu membahas secara terperinci tentang konflik seperti pengertian konflik, ciri-ciri konflik,teori-teori konflik, jenis dan pola konflik, dan juga cara atau strategi dalam mengatasi konflik serta sikap kita dalam menghadapi konflik dalam masyarakat multikultural.

            BAB III: PENUTUP, yaitu berisikan kesimpulan dari makalah ini serta saran penulis kepada khayalak pembaca akan pesan dari makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian konflik

Konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih (antar individu atau kelompok) yang memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan.

Lebih dari itu konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang atau kelompok-kelompok. Hal ini bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, terutama dalam masyarakat yang plural dengan berbagai kepentingan dan sasaran.

Jadi, konflik ini mengandalkan pluralitas atau perbedaan yang menimbulkan konflik-konflik lain, apalagi konflik yang sifatnya merusak. Konflik yang dikelola dan dikontrol dengan baik justru akan bermanfaat membangun dan menciptakan dinamika dan perkembangan baru.

Adapun beberapa pendapat pengertian konflik menurut para ahli, yaitu:

Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah: Conflict
is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagoni smwith one another.
yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.

Menurut Stoner Konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.

2.2 Ciri-Ciri Konflik :

Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :

1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang berbeda.

2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.

3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.

4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.

5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.

2.3. Sumber konflik

Akan membantu memahami suatu konflik dengan menilai sifat dari masalah pada suatu situasi tertentu. Konflik biasanya muncul berasal dari satu atau beberapa sumber berikut ini.

1. Konflik menyangkut informasi

Pada banyak kejadian, pihak-pihak yang berkonflik tidak memiliki informasi yang cukup, atau bahkan tidak meiliki informasi yang sama tentang suatu situasi. Mengumpulkan dan mengklarifikasikan fakta-fakta yang diperlukan dapat menolong meredakan ketegangan yang terjadi.dalam situasi berbeda,pihak-pihak yang bertikai menafsirkan informasi dengan cara yang berlainan atau memberikan bobot kepentigan yang berbeda terhadap informasi yang sama. Diskusi yang terbuka dan masukan dari pihak yang dapat dipercaya akan membantu dalam menilai relevansi dari informasi yang tersedia.

2. Konflik menyangkut sumber daya

Konflik menyangkut berbagai sumberdaya seperti tanah, uang atau benda lain biasanya mudah diidentifikasikan dan sering diselesaikan lewat jalan tawar-menawar / negosiasi. Namun, kadang-kadang walaupun dipermukaan pihak-pihak yang berkonflik seolah saling mempertikaikan sumberdaya tertentu, tetapi sesungguhnya konflik itu menyangkut suatu perkara lain, mungkin tentang relasi atau kebutuhan psikologis salah satu atau kedua belah pihak

3. Konflik tentang relasi

Dalam hubungan keluarga, kemitraan bisnis atau organisasi kemasyarakatan, orang sering berselisih pendapat tentang berbagai perkara, tetapi kadang-kadang saling ketergantungan yang tercipta oleh relasi mereka itu melahirkan dimensi destruktif pada aneka perbedaan yang terjadi yang semestinya mudah diselesaikan. Berbagai kejadian dimasa lampau atau kesan dan prasangka yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun dapat membuat orang menjadi sangat kaku atau tidak mau mencoba menempuh solusi yang sangat jelas yang berkaitan dengan tujuan, peranan, tangung jawab, dan perbedaan pandangan yang ada.

4. Konflik menyangkut kebutuhan atau kepentingan

Aneka kebutuhan manusiawi yang penting dan kuat seperti kebutuhan akan jati diri, harga diri, atau partisipasi seringkali menjadi inti konflik yang di permukaan terkesan seperti persaingan menyangkut benda-benda materi belaka. Kesempatan yang konstruktif bagi individu atau kelompok masyarakat untuk mengungkapkan aneka kebutuhan mereka dan merasakan bahwa diri mereka telah didengarkan seringkali amat menentukan dalam mengatasi jenis-jenis kebutuhan ini. Pemecahan jangka panjang terhadap suatu konflik yang berkisar pada sumberdaya seringkali ditentukan baik oleh penguasa aneka kepentingan atau kebutuhan orang-oarang yang terlibat maupun oleh pembagian berbagai sumberdaya tersebut secara adil.

5. Konflik menyangkut struktur

Struktur kemasyarakatan dan organisasi menentukan siapa yang memiliki akses pada kekuasaan atau sumberdaya, siapa yang wajib memberi hormat kepada siapa, dan siapa yang memiliki wewenang untuk membuat berbagai keputusan. Konflik menyangkut atau di dalam struktur seringkali melibatkan persoalan tentang keadilan dan tujuan-tujuan yang saling tidak sejalan. Konflik-konflik semacam itu seringkali menuntut usaha bertahun-tahun untuk menghasilkan perubahan yang konstruktif.

6. Konflik menyangkut nilai hidup

Berbagai nilai hidup dan keyakinan dibentuk oleh pengalaman hidup dan iman kepercayaan. Karena ancaman terhadap nilai hidup seseorang seringkali dipandang sebagai ancaman terhadap jati dirinya, maka konflik-konflik menyangkut nilai-nilai hidup biasanya paling sulit dipecahkan. Kebanyakan orang bereaksi secara defensif terhadap ancaman semacam ini dan menolak untuk bernegosiasi, mengira bahwa pemecahan konflik tersebut menuntut mereka untuk mengubah nilai-nilai hidup. Dalam kenyataan, dengan memberi kesempatan kepada orang yang bertikai untuk menjernihkan nilai-nilai hidup mereka dan merasa bahwa mereka telah didengarkan serta dipahami seringkali langkah itu dapat membuat mereka meniggalkan sikap defensif dan belajar hidup bersama dengan saling menerima berbagai perbedaan yang ada di antara mereka.

2.4. Jenis-jenis konflik

Yang berdasarkan aspek-aspek:

1. Dilihat dari segi manfaatnya,ada konflik yang bermanfaat dan tidak bermanfaat,

2. Dari segi hasilnya,ada konflik destruktif dan konstruktif. Konflik destruktif merupakan konflik yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Konflik konstruktif merupakan konflik yang bermanfaat karena bersifat membangun dan membawa manfaat.

3. Dilihat dari segi tipe dan bentuk. Konflik tugas merupakan konflik karena tuntutan tugas.       Konflik hubungan merupakan hubungan antara individu dan orang lain. Konflik proses merupakan silang pendapat mengenai proses yang harus ditempuh

2.5.Tahapan-Tahapan Perkembangan kearah terjadinya Konflik :

1. Konflik masih tersembunyi (laten)

Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.

2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)

Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.

3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)

Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.

4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)

Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.

5. Penyelesaian atau tekanan konflik

Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.

6. Akibat penyelesaian konflik

Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.(Wijono, 1993, 38-41).

2.6. Pola-pola konflik

Menurut  Stephen Robinns menyatakan bahwa konflik tediri dari lima tahap:

1.Oposisi atau ketidakcocokan

Pada tahap ini hanya ada kondisi yang menciptakan terjadinya konflik. Kondisi ini juga muncul pada saat kurangnya komunikasi, gangguan komunikasi dan kondisi-kondisi yang merupakan insiden terjadinya konflik. Misalnya, antara pemasaran dan produksi atau antar pemimpin partai. Bisa juga karena masalah perbedaan kepribadian.

2. Kognisi dan personalisasi

Konflik baru terjadi pada tahap ini di mana orang terpengaruh oleh kondisi pertama, pada tahap ini orang mulai sadar adanya konflik dilanjutkan dengan proses kesadaran akan adanya konflik sehingga terjadi gangguan luar sehingga berhasil menerobos kedalam konflik tersebut.

3.Maksud

Maksud merupkan kesadaran adanya konflik yang timbul di balik konflik itu dan didukung oleh perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung.

4.Perilaku

Merupakan kesadaran pada dua pihak yang disadari pada tahap kedua yang tampak nyata dan muncul terhadap perilaku yang ditimbulkan oleh pihak yang berkonflik.

5.Hasil

Konflik biasanya mengandung hasil entah itu mengandung konstruktif atau dekonstruktif. Konflik konstruktif menghsilkan kreatifitas atau gagasan baru. Sedangkan dekonstruktif membawa efek-efek yang negatif.

2.7.Memahami situasi konflik

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan pada setiap situasi konflik:

1.      Perbedaan tentang fakta-fakta. Misalnya fakta mengenai berbagai konflik di Indonesia.

2.      Perbedaan tentang metode.

3.      Perbedaan tujuan.

4.      Perbedaan nilai

2.8.Teori-teori tentang konflik

Teori-teori ini membicarakan mengenai penyebab konflik destrutif. Masing-masing  teori juga menawarkan metode dan sasaran yang berbeda yaitu:

1.      Teori hubungan masyarakat.      Konflik ini disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan  dan permusuhan  diantara kelompok yang berbeda dalam satu masyarakat.

2.      Teori negosiasi prinsip. Konflik uni disebabkan oleh posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.

3.      Teori kebutuhan manusia. Konflik ini disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia seperti fisik, mental dan sosial yang tak terpenuhi.

4.      Teori identitas. Konflik ini disebabkan karena identitas yang terancam,yang berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan dimasa lalu yang tidak terselesaikan.

5.      Teori kesalahpahaman antar budaya. Konflik ini disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara berkomunikasi diantara budaya yang berbeda.

6.      Teori transformasi konflik. Konflik ini disebabkan oleh masalah ketidak setaraan dan ketidak adilan yang muncul sebagai masalah Sosial.

2.9. Mengelolah konflik

Berbagai pendekatan untuk mengelola konflik:

1. Pencegahan konflik.

Penyelesaian konflik dengan kekerasan tetap bukan cara penyelesaian konflik yang manusiawi. Dalam konflik kekerasan yang kalah dan menang sama-sama hancur. Sebaba pepata klasik mengatakan kalah jadi abu menang jadi arang.

2. Pengelolaan konflik. Membatasi dan menghilangkan kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku yang positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

3. Resolusi konflik, menangani sebab-sebab konflik dan membangun hubungan baik.

4.Transformasi konflik, mengatasi sumber konflik sosial dan mengubah kekuatan negatif menjadi kekuatan sosial politik yang positif.

2.10. Strategi mengatasi konflik

Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:

1.Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).

2.Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.

3.Menyepakati suatu solusi

Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.

4.Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.

5.Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.

2.11.Aneka gaya manajemen konflik:

Gaya –gaya ini umumnya memiliki tingkat ketegasan dan tingkat kerja sama yang berbeda:

1.      Menghindar kerja sama antar pihak yang berkonflik memang rendah sementara tingkat ketegasan juga rendah karena menghindar dari konflik.

2.      Bersaing tingkat kooperatif antara pihak yang berkonflik rendah tetapi tingkat ketegasan tinggi karena adanya usaha untuk menang dalam persaingan.

3.      Akomodasi tingkat kooperatifnya tinggi tetapi tingkat ketegasan rendah.

4.      Kolaborasi tingkat kerja samanya tinggi dan tingkat ketegasannya juga tinggi.

5.      Kompromi tingkat kerja sama dan tingkat ketegasan antar pihak yang berkonflik sama-sama sedang.

2.12. Sikap yang perlu dikembangkan dalam menghadapi konflik dalam masyrakat multikultural

1.Solidaritas multikultural.

Solidaritas multikultural artinya solider terhadap keanekaragaman budaya. Hal pokok dalam solidaritas multikultural adalah bahwa perlu ada rasa solider pada tingkat budaya sebagai instrumen bagi agenda-agenda kepentingan    yang diluar domain budaya.

2. Terbuka terhadap kebudayaan lain.

Situasi multikultural membuat kita harus bersikap sesuai dengan prensip multikultural yakni terbuka terhadap kebudayaan lain.sikap etnosentris, fanatisme, xenosentris tidak bisa menjamin kehidupan masyarakat yang serasi dan harmonis.

3. Sikap menghargai realitas multikultural.

Membangun persepsi diri yang menutup mata terhadap kenyataan sebenarnya berarti membangun persepsi yang terus menerus berada dalam konflik bahkan konflik batin karena, konflik tersebut terus bertengger alam batinnya. Dan konflik tetap akan terpelihara selama kenyataan yang ditolak itu tidak dibonggkar dari lubuk hatinya

BAB III

PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

            Konflik adalah perbedaan antara dua indvidu atau kelompok mengenai sasaran atau tujuan tertentu atau tidak sesuainya antara harapan dan realiatas dalam kehidupan manusia. Setiap konflik atau permasalahan tidak selalu bersifat negatif. Hal ini tergantung bagai mana sikap kita dalam menangani setiap konflik. Jika kita salah dalam mengani sebuah konflik maka konflik tesebut akan menjadi malapetaka bagi kita, begitu pun sebaliknya.

 Sebagai manusia yang berakhal seharusnya kita menjadikan konflik sebagai landasan untuk menjadi manusia yang lebih dewasa dalam melakoni hidup kita. Karena itu, ada pun strategi dalam mengatasi konflik antara lain pengenalan, diagnosis, menyepakati suatu solusi, pelaksaan dan evaluasi. Seiring dengan kehidupan kita yang plural maka tingkat terjadi konflik akan begitu mudah kita alami. Apa lagi, kalau kita tidak menerima ada pluralisme yang ada.

3.2  SARAN

            Kita sebagai kaum berintelek harus sadar akan eksistensi kita sebagai penerus bangsa. Karena itu kita harus siap menghadapi berbagai konflik yang akan terjadi kedepan. Kesiapan kita itu harus ditunjukan lewat sikap dan tindakan kita dalam kehidupan kita sehari-hari secara khusus bagai mana kita mengelolah konflik sehingga bermanfaat bagi kita sendiri dan orang lain secara umumnya bagi nusa dan bangsa. Kita yang berada di kampus multicultural ini harus berani membongkar segalah bentuk diskriminasi yang menyebabkan konflik horizontal yang kerap tarjadi di bumi pertiwi ini. Mari kita satukan tekad untuk mempersatukan diri dalam persatuan yang berbeda agar kita semakin bersatu.

           

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BAJAWA

Perubahan social yang terjadi dalam masyarakat di daerah saya, bila ditinjau dari berbagai aspek kehidupan.

1        Bidang ekonomi

Kehidupan ekonomi setiap tahun mengalami perubahan yang begitu signifikan, artinya masyarakat sudah mulai bersaing dalam bidang ekonomi. Untuk meningkatkan ekonominya masyrakat sudah mengenal adanya usaha perdagangan seperti membuka toko, kios, warung dan lain sebagainya. Bila dibandingkan dengan masa yanglalu, masyarakat kurang memahami adanya usaha yang dapat meningkatkan perekonomiannya. Sehingga roda perekonomian sekarang begitu cepat berkembang bila dibandingkan dengan yang masa  lalu. Karena persaingan perekonomian yang begitu ketat maka kadang-kadang terjadi kesenjangan social yang cukup nampak seperti yang kay semakin kaya dan yang miskin tetap miskin.

2        Bidang pendidikan.

Masyarakat sekarang mulai sadar akan pentingnya pendidikan. Hal ini Nampak dari antusias orang tua murid mendaftarkan anak-anaknya kesekolah bila tiba tahun ajaran baru. Bila dibandingkan dengan dulu, masyrakat kami sering kali menyuruh anak-anak ke ladang ketimbang kesekolah. Tetapi, sekarang masyrakat menyadari akan pentingnya sekolah. Sebab, bila dibandingkan dengan orang bersekolah, kehidupannya jauh lebih baik dengan orang yang tidak bersekolah. Hal inilah yang membuat masyrakat sadar.

3        Bidang pertanian

Dulu masyarakat mengelolah pertanian dengan menggunakan alat yang begitu sedehana. Seperti di daerah kami dulu, menggunakan kerbau untuk membajak, dengan cara memukul sebagai pengganti rontok, membersihkan rumput secara manual (menggunakan tangan), dan belum mengenal cara bertani yang baik. Sehingga hasilnya kurang maksimal. Tetapi sekarang masyrakat sudah mengenal pengelolahan secara modern, seperti menggunkan traktor untuk membajak, melakukan penyemprotan hama, menggunakan mesin rontok dan sudah mengenal cara bertani yang baik. Dengan perubahan itu kehidupan masyarakat cukup membaik.

4        Bidang budaya

Perubahan budaya yang terjadi adalah perubahan mengenai tatacara acara kebudayaan dalam masyarakat. Artinya budaya dahulu yang bersifat memaksa sekarang dibuat hanya sebagai formalitas untuk dikenang saja. Seperti halnya dahulu ada acara yang mewajibkan membunuh 30 kerbau, mewajibkan orang untuk melakuakn upacara adat dengan biaya yang begitu mahal. Tetapi sekarang hal itu sudah mulai berubah seiring dengan kurangnya factor pendukung dalam acara itu seperti populasi kerbau yang semakin berkurang. Upacara itu dilakukan hanya sebagia bentuk untuk mengenangkan saja.